Kamis, 19 Februari 2009

Kembali ke Hotel Tengah Malam

Jakarta lagi istirahat, sesiang tadi berlari. 

Kafe sudah tutup. Aku serasa masih di bar tadi,
bergabung dalam jamaah reggae, khusyuk dalam 
ritual sakral: rasta, rasta, rasta, rastatadus!

Lobi dikepung sepi, resepsionis yang manis 
di balik front office tadi pagi, tak ada lagi.

Aku lupa nomor kamar, kukira sepi di sana pasti 
lebih sepi, tak akan bisa kulawan walau dengan 
siaran langsung Aljazeera dari jalur Gaza...


Jakarta sudah pulas, seharian kerja keras.

"Selamat Malam," lelaki berseragam penjaga 
menyapa. Kukira dia menyapa aku dan Malam, aku 
anggukkan sisa-sisa senyum tengah malam. 

Sepasang tamu asing berangkulan, seperti 
cemas kehabisan malam. Aku seperti mendengar
si perempuan bicara samar (kalau tak salah
terjemahannya:..) "tolong antar kondom ke 
kamar, cepat ya, kami sudah tak sabar..."

Selasa, 10 Februari 2009

Itik Alabio Mencari cinta

MEMILIH ITIK ALABIO

Karena ahlinya para peternak itik alabio memilih dan menentukan antara jantan dan betina, padahal itik tersebut baru menetes, biasanya anak itik alabio jantan dijual hanya Rp1000,- seekornya, sedangkan anaknya yang betina dipelihara beberapa hari kemudian dijual dengan harga lebih dari Rp10000,- perekornya, para pemilih ini ada juga yang sekedar menjual jasa saja, apabila ada orang yang mau dipilihkan itiknya antara jantan dan betina, dan sanggup mengganti rugi kalau dia salah dalam memisahkan antara itik2 tersebut, saking ahlinya mereka dapat menentukan anak anak itik yang baru lahir, padahal belum bisa melihat alat kelamin anak itik tersebut, mereka memilih hanya dengan cara mendengarkan suaranya saja, biasanya anak itik sayapnya ditekan dengan ibu jari itik tersebut berteriak karena sakit, para pemilih mendengarkannya dengan teliti dan sudah bisa menentukan antara jantan dan betina, itik lebih tahan terhadap penyakit dari pada ayam.